SERPIHAN YANG TERSERAK TERANGKAI DALAM MOZAIK

Minggu, 26 Februari 2012

memfosil

pernah suatu kali saya bermimpi.
suatu saat nanti, mungkin nanti setelah saya tak berpijak di bumi ini lagi. beberapa tahun, beberapa puluh, atau beberapa ratus tahun ke depan.
salah satu atau beberapa tulisan saya akan ditemukan menjadi fosil. entah fosil digital atau entah berbentuk apa, tp mjd fosil yg bermanfaat.


semoga terwujud. setidaknya seperti mimpi saya beberapa tahun lalu, suatu saat nanti nama saya akan ditemukan ketika dicari dg mesin pencari di dunia maya. ya begitulah.

sudah, cuma itu saja. sekarang, saya mau lanjut tidur lg di dini hari ini.

Baca Selanjutnya..

Kamis, 09 Februari 2012

buaya irian

seekor buaya irian

(Crocodylus novaeguineae)



usia: sekitar 6 bulan (muda), jantan
panjang: 70 cm (saat dewasa bisa 3,5m)

foto diambil 9/2/12


satwa ini diserahkan ke Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY) di Kulonprogo oleh Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta. Termasuk satwa dilindungi UU yang habitat aslinya di Papua.

Baca Selanjutnya..

Rabu, 08 Februari 2012

Naif dan Perdamaian

|sbuah catatan tentang bom dan ekspansi|


Waktu saya kecil dulu, tidak pernah terdengar kabar ada bom meledak. Di sekolah guru mengatakan, sekarang dunia masuk era damai setelah berakhirnya Perang Dunia II dan berdirinya PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa).


Tidak akan ada lagi perang di dunia, karena semua masalah diselesaikan tanpa penggunaan persenjataan militer. Tentu saya percaya dengan penjelasan guru.


Saya pun berpikir bahwa era perang adalah masa lalu, era bangsa-bangsa berebut kuasa secara kuno. Ke depan, tak akan ada lagi perang, dunia damai. Bangsa-bangsa sudah dewasa dan saling menghormati kedaulatan masing-masing.


Tak akan ada lagi muntahan peluru dari moncong laras senjata, tak ada rudal ditembakkan, tak ada penjajahan, tak ada ekspansi satu negara pada negara lain, semua negara merdeka.


Jika situasi dunia internasional saja sedamai itu, apalagi Indonesia. Senjata api hanya dimiliki aparat-aparat yang memang berwenang. Apalagi bom. Orang awam non militer ataupun polisi sama sekali tidak akan bersentuhan dengan barang angker itu. Apalagi sampai bisa merakit, bahkan meledakkannya dengan sasaran yang sudah direncanakan.


Ya, setidaknya seperti itulah yang ada di benak saya waktu itu. Begitu naif memang. Tapi tentu saja waktu itu saya tidak menganggap itu naif. Setidaknya sampai saya menyadari, di luar sana masih saja ada negara yang memperjuangkan kemerdekaannya. Begitulah yang terpampang dalam koran yang dipasang di hole sekolah SMP saya.


Saya masih ingat, ada organisasi bernama PLO (Palestine Liberation Organization) yang menjadi organisai untuk memperjuangkan terwujudnya negara itu. Tapi toh nyatanya hingga sekarang pun negara itu belum juga mendapatkan hak kemerdekaannya secara penuh.


Tidak hanya itu saja. Satu negara adi daya yang menyatakan diri sebagai polisi dunia, bahkan membombardir satu negara lainnya. Dengan alasan menyelamatkan rakyat dari negara yang dibombardir itu, menegakkan demokrasi, menegakkan hak asasi manusia (HAM), dan memerangi teroris.


Tidak hanya sekali dengan sasaran satu negara. Kekerasan dan kebrutalan yang mengatasnamakan kebenaran itu juga dilakukan pada negara-negara lainnya. Bahkan belakangan, sang aktor utama tidak hanya sendirian, tapi berkomplot dengan beberapa negara kongsinya dalam aksi bombardir pada satu negara berdaulat.


Seperti di luar sana, di Indonesia sendiri pun ternyata juga terjadi ketidakdamaian. Tentu saja, permasalahan dan bentuk ketidakdamaiannya berbeda. Tapi yang pasti, negara tercinta ini tidak sedamai seperti yang ada di benak saya waktu itu. Senjata-senjata api dengan mudah didapat para separatis, residivis, juga orang-orang yang disebut teroris.


Bahkan bom. Dulu saya pikir tak akan ada letupan-letupan bom selain yang diledakkan oleh aparat saat latihan. Nyatanya bom berkali-kali meledak di wilayah nusantara tercinta ini. Bukan suatu kecelakaan, tapi memang disengaja dan direncanakan oleh entah siapa yang sebenarnya tidak berhak. Bahkan dengan sasaran-sasaran yang direncanakan pula.


Seandainya isi benakku yang naif di masa lalu itu bukan sekedar persepsi naif anak kecil, tapi benar-benar nyata. Lalu seperti apa negeri ini ya, dan seperti apa dunia ini..


Mungkinkah tak ada darah manusia tertumpah akibat keserakahan suatu negara? Dan mungkinkah tak ada darah manusia yang tertumpah akibat kepicikan isi benak orang-orang yang sebenarnya sudah dewasa?


*repost dari catatan saya di FB (16/4/11) setelah bom cirebon

Baca Selanjutnya..