SERPIHAN YANG TERSERAK TERANGKAI DALAM MOZAIK

Jumat, 15 Juli 2011

Hujan dan Ny Ageng Serang

Butir-butir air sebesar biji jagung menerjang-nerjang kulit mukaku ketika kuterobos lebatnya hujan semalam, terasa sedikit pedih. Sekitar 80 km per jam melaju, derasnya hujan membuat jarak pandang begitu terbatas. Mengikuti marka garis putih putus-putus, entah berapa lama akhirnya sampai di simpang lima yang sudah tak asing lagi bagiku. Seorang pahlawan penunggang kuda selalu gagah dan ramah menyambut siapa saja yang melintas. Tanpa gerak, tanpa suara.

Beberapa bulan lalu kulihat beberapa pekerja membersihkan patung pahlawan wanita berkuda itu. Dan beberapa hari kemudian kulihat wajahnya semakin bersinar. Dulunya seluruh badan dan kuda tunggangnya berwarna hitam legam, namun sejak itu menjadi bersinar emas. Senyum si kuda pun terlihat semakin cemerlang. Hujan lebat semalam pun tak membuat kegagahan pahlawan wanita itu berkurang sama sekali.

Lampu merah di simpang lima berganti hijau, dan aku kembali melaju memacu kuda logamku. Menembus butir-butir air yang masih tercurah dari langit meskit tak selebat beberapa waktu sebelumnya.

0 komentar: