SERPIHAN YANG TERSERAK TERANGKAI DALAM MOZAIK

Senin, 28 April 2014

pekerjaan, mimpi, dan kehidupan

Sekian lama saya pernah beranggapan bahwa pekerjaan harus selalu menjadi yang utama. Pekerjaan adalah satu-satunya jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya.

Atas nama profesionalisme dan tanggung jawab terhadap pekerjaan, semua sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan harus saya dahulukan. Apapun kondisi dan keadaannya, pekerjaan harus diutamakan. Tak boleh diabaikan sedikitpun. Sedikit saja mengabaikan pekerjaan adalah berarti tidak profesional dan tidak bertanggungjawab.

Dan saya sadari kemudian, ternyata saya keliru. Setidaknya menurut saya itu keliru. Saya terlalu membabi buta dalam memberi arti bertanggung jawab dan profesional terhadap pekerjaan.

Dulu, saat itu, sepertinya saya sedikit lupa bahwa saya juga harus berbuat adil. Adil pada diri saya sendiri, dan pada orang-orang di sekitar saya. Terutama adil dalam hal waktu. Memberi arti bertanggung jawab pada pekerjaan secara membabi buta membuat waktu saya hampir terkuras habis hanya untuk satu perkara itu saja.

Banyak sekali kemudian hal-hal penting, walaupun mungkin terlihat sepele, yang terlewatkan begitu saja. Dan itu tidak mungkin terulang lagi, karena waktu tak mungkin berputar mundur walaupun hanya sedetik. Waktu dengan keluarga, waktu dengan teman-teman, waktu dengan lingkungan sekitar, bahkan waktu untuk diri saya sendiri, banyak yang hilang. Terlewatkan dan tak akan kembali.

Kegembiraan keluarga oleh lahirnya keponakan pertama, rasanya baru kemarin momen bahagia itu datang. Tanpa sadar waktu sudah berlalu. Kini, dua keponakan kecil sudah pandai jalan dan bicara, dua kakaknya sudah masuk SD tahun lalu, dan kakaknya lagi si keponakan pertama sudah hampir masuk SMP. Ibu, guratan menua di wajahnya -yang selalu meneduhkan itu- tak bisa dihindari (semoga selalu sehat, Ibu). Bapak, sudah 11 tahun berlalu beliau mendahului kami (semoga damai di sisi-Nya, amin).

Beruntung 11 tahun lalu di saat-saat terakhir Bapak, saya masih bisa mendampingi di sisinya hingga hembusan nafas terakhirnya. Sangat beruntung sekali, saat itu saya belum bekerja sehingga bisa mendampingi hari-hari terakhir Bapak di rumah sakit bersama Ibu.

Saya tidak bisa membayangkan seandainya saat itu saya sudah bekerja dan "membabibuta bertanggung jawab pada pekerjaan". Mungkin saat itu saya tidak akan bisa mendampingi saat-saat terakhir Bapak. Mungkin, saat itu saya tidak akan bisa mendampingi Ibu menghadapi kesedihan. Dan tentu saja saya akan dihantui penyesalan sepanjang hidup, kalau itu terjadi.

Ya, saya pernah mengartikan profesionalisme dan tanggung jawab pada pekerjaan secara membabi buta. Saya lupa untuk berbuat adil pada orang-orang di sekitar saya, bahkan pada diri saya sendiri. Waktu saya hampir semuanya saya berikan untuk pekerjaan.

Padahal, hidup harusnya tidak sesempit itu. Hidup harusnya bukan hanya tentang kerja, bekerja, bekerja, dan bekerja. Karena bekerja hanyalah satu bagian saja dari kehidupan ini. Ya, hanya satu bagian saja, dan masih banyak bagian-bagian lainnya dari kehidupan ini.

Alhamdulillah saya cukup beruntung karena kemudian masih punya kesempatan untuk berusaha menjalani hidup dengan cara seimbang. Karena semestinya hidup memang harus seimbang. Semua bagian dari kehidupan ini penting. Tidak mudah memang untuk menjadi adil dan seimbang dalam kehidupan, tapi sebisa mungkin harus bisa.

Pekerjaan, keluarga, teman, lingkungan sosial, keperluan pribadi (seperti ibadah, kesehatan, refreshing), dan hal-hal lainnya, semuanya semestinya harus bisa ditempatkan dengan seimbang. Serepot dan sesibuk apapun pekerjaan, insya Allah bisa dicari jalan mensiasatinya.

Ada sebuah kata-kata bijak yang saya ingat. "bila kadar kemuliaan emas adalah karat, maka kadar kemuliaan manusia adalah manfaat". Jadi selain menjadi pribadi yang adil dan seimbang dalam hidup, alangkah baiknya kalau kita bisa menjadi pribadi yang bermanfaat.

Dan mimpi saya sekarang (sejak beberapa tahun lalu) hanya sederhana. Hidup bahagia dengan berusaha selalu bisa bersyukur, menjadi pribadi bertanggung jawab dalam arti yang luas, adil pada diri sendiri dan orang-orang di sekitar saya, dan sangat ingin hidup saya bermanfaat dan memberi manfaat bagi orang-orang di sekitar saya. Amin.

25/4/14
(foto dari deviantart.com)

0 komentar: